Netanyahu Ancam Gempur Yaman Usai Rudal Houthi Hantam Israel

Ketegangan di Timur Tengah kembali memanas setelah Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengeluarkan ancaman keras terhadap Yaman. Ancaman tersebut datang menyusul serangan rudal yang diklaim dilakukan oleh kelompok Houthi—gerakan pemberontak slot gacor yang menguasai sebagian besar wilayah utara Yaman—yang berhasil menghantam wilayah Israel. Serangan ini menandai peningkatan signifikan dalam eskalasi regional dan membuka kemungkinan terbukanya front konflik baru di tengah perang yang masih berlangsung di Gaza.

Serangan Rudal Mengguncang Israel

Pada akhir Mei 2025, sirene peringatan rudal berbunyi di beberapa wilayah selatan Israel, termasuk kota pelabuhan Eilat. Beberapa saat kemudian, sistem pertahanan udara Israel dilaporkan berhasil mencegat sejumlah proyektil, namun satu rudal diyakini berhasil lolos dan menyebabkan kerusakan ringan di daerah tak berpenghuni. Meskipun tidak ada korban jiwa, dampak psikologis dan strategis dari serangan ini sangat besar.

Tak lama setelah itu, kelompok Houthi mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut. Mereka menyebutnya sebagai bentuk solidaritas terhadap rakyat Palestina yang tengah menghadapi agresi militer Israel di Jalur Gaza. Kelompok yang didukung Iran ini juga memperingatkan akan terus menyerang Israel jika serangan ke Gaza tidak dihentikan.

Respons Keras Netanyahu

Merespons serangan ini, Netanyahu mengeluarkan pernyataan tegas yang menyebut bahwa Israel “tidak akan tinggal diam” terhadap ancaman yang datang dari Yaman. Dalam pidatonya di depan kabinet keamanan, ia mengatakan bahwa Israel memiliki hak untuk mempertahankan diri dari serangan teroris lintas batas dan tidak akan segan mengambil tindakan militer langsung terhadap sumber ancaman.

“Jika Houthi terus melancarkan serangan ke wilayah Israel, maka kami akan mengambil tindakan balasan secara langsung ke jantung wilayah mereka. Tidak ada tempat yang aman bagi mereka yang menyerang warga negara kami,” ujar Netanyahu.

Dimensi Regional yang Kian Rumit

Ancaman balasan Israel terhadap Yaman tidak bisa dilepaskan dari konteks geopolitik kawasan. Sejak awal konflik di Gaza meletus pada Oktober 2023, Iran dan sekutunya—termasuk Hizbullah di Lebanon dan Houthi di Yaman—secara terbuka menyatakan dukungan terhadap kelompok perlawanan Palestina, terutama Hamas. Mereka juga secara berkala melancarkan serangan ke posisi-posisi Israel atau kepentingan AS di kawasan sebagai bentuk tekanan.

Keterlibatan Houthi dalam konflik ini menunjukkan bahwa perang di Gaza kini memiliki dimensi regional yang nyata. Israel tidak hanya menghadapi tekanan di Jalur Gaza atau perbatasan utara dengan Hizbullah, tetapi juga ancaman dari Laut Merah, sebuah jalur penting bagi perdagangan dan logistik.

Kekhawatiran Akan Perluasan Konflik

Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa mendesak semua pihak untuk menahan diri. Washington menyatakan bahwa meski mendukung hak Israel untuk membela diri, perlu ada pertimbangan strategis agar konflik tidak meluas dan mengancam stabilitas Laut Merah serta kawasan Teluk secara keseluruhan.

Tantangan Bagi Stabilitas Regional

Krisis ini menyoroti betapa rapuhnya stabilitas Timur Tengah saat ini. Dengan semakin banyaknya aktor non-negara yang terlibat dalam konflik-konflik bersenjata lintas batas, dinamika politik dan militer menjadi makin kompleks.

Ancaman Netanyahu untuk menggempur Yaman menunjukkan bahwa situasi di Timur Tengah bisa berubah drastis hanya dalam hitungan hari. Serangan Houthi ke wilayah Israel adalah babak baru dalam konflik yang semakin melebar melampaui Gaza.

By admin